Minggu, 29 April 2012

Letak GEOGRAFI Gunung Tambora

Geografi


Pemandangan gunung Tambora dan sekelilingnya dari udara.

Kawah di puncak gunung Tambora.
Gunung Tambora terletak di pulau Sumbawa yang merupakan bagian dari kepulauan Nusa Tenggara. Gunung ini adalah bagian dari busur Sunda, tali dari kepulauan vulkanik yang membentuk rantai selatan kepulauan Indonesia.[7] Tambora membentuk semenanjungnya sendiri di pulau Sumbawa yang disebut semenanjung Sanggar. Di sisi utara semenanjung tersebut, terdapat laut Flores, dan di sebelah selatan terdapat teluk Saleh dengan panjang 86 km dan lebar 36 km. Pada mulut teluk Saleh, terdapat pulau kecil yang disebut Mojo.
Selain seismologis dan vulkanologis yang mengamati aktivitas gunung tersebut, gunung Tambora adalah daerah untuk riset ilmiah arkeolog dan biologi. Gunung ini juga menarik turis untuk mendaki gunung dan aktivitas margasatwa.[8][9] Dompu dan Bima adalah kota yang letaknya paling dekat dengan gunung ini. Di lereng gunung Tambora, terdapat beberapa desa. Di sebelah timur terdapat desa Sanggar. Di sebelah barat laut, terdapat desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan. Di sebelah barat, terdapat desa Calabai.
Terdapat dua jalur pendakian untuk mencapai kaldera gunung Tambora. Rute pertama dimulai dari desa Doro Mboha yang terletak di sisi tenggara gunung Tambora. Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui perkebunan kacang mede sampai akhirnya mencapai ketinggian 1.150 m di atas permukaan laut. Rute ini berakhir di bagian selatan kaldera dengan ketinggian 1.950 m yang dapat dicapai oleh titik pertengahan jalur pendakian.[10] Lokasi ini biasanya digunakan sebagai kemah untuk mengamati aktivitas vulkanik karena hanya memerlukan waktu satu jam untuk mencapai kaldera. Rute kedua dimulai dari desa Pancasila di sisi barat laut gunung Tambora. Jika menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki



(sumber "wikimedia " )

Krisdayanti Pisah Ranjang

Gosip panas kembali berhembus menerpa rumah tangga penyanyi Krisdayanti yang dibangun 20 Maret 2011 dengan Raul Lemos. Pasangan yang telah dikaruniai bayi cantik ini dikabarkan pisah ranjang.
Pelantun Pilihlah Aku ini pun meradang mendengarnya. Ditemui di House of Lusense, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada Kamis (26/04), Krisdayanti mementahkan gosip tersebut.
"Itu berita aku baru denger kemarin jam 11 malem pas landing di Jakarta. Ini berita yang sangat tidak benar dan tidak bertanggungjawab," tandas Krisdayanti, "Ini memang orang yang tidak suka sehingga mencoba menghembuskan berita itu. Apa kehabisan berita artis-artis yang suka cari sensasi dengan gosip?"
Krisdayanti pun menyesalkan berita yang muncul tanpa konfirmasi itu, terutama karena kini ia telah memiliki kehidupan dan keluarga baru.
"Masalahnya saya punya kehidupan dan privasi yang sekarang lebih tertata. Karena suami saya bukan dari dunia hiburan, saya harus menjaga perasaan saya dan perasaan suami saya," sesal wanita 37 tahun itu.
Krisdayanti mencoba bijak dengan menganggap gosip tersebut sebagai ujian rumah tangganya, "Saya kaget diberitakan telah pisah ranjang. Bukan su'udzon, mungkin yang menghembuskan berita ini memang tidak suka kepada kami. Ini merupakan ujian. Ujian itu bisa hadiah, hadiah yang baik, hadiah yang ganggu perasaan, tapi jalani saja," tuturnya. (kapan lagi.com/dis/rea)

Daun Jambu Batu Ampuh Mengobati Mencret

KM-Media Pajo : Tumbuk daun jambu batu yang agak muda masukan  garam sedikit saja, setelah itu diperas dengan air hangat sampai  menjadi satu gelas yang ukuran biasa, jangan sampai encer ya ! pokoknya atur aja deh,  diminum dua gelas sehari pagi dan sore. kalo sakit berlanjut jangan lupa hubungi dokter ya ? silakan mencoba ya,,,,,,( by Mul)

Sabtu, 28 April 2012

BERHARAP HARGA YANG TINGGI PETANI RAME-RAME TANAM JAGUNG

KM-Media Pajo : Para petani jagung tidak tenang karena harga jual jagung tidak stabil sekarng saja harga jagung di kec.pajo Rp.1.700/ kilo bahkan ada pedagang yang meminta dengan harga yang lebih murah, mereka sangat kecewa dengan janji-jani pemerintah dompu bahwa dengan program PIJAR-nya mengajak seluruh petani agar menanam jagung terutama pada lahan -lahan tegalan rupanya partisipasi mereka ini  tidak dibarengi dengan harga jual jagung yang mereka harapkan yaitu   Rp. 2.500/kilo yang mereka anggap sesuai harapan mereka   kepada pemerintah dompu agar mereka diperhatikan ,dengan harapan harga yang tinggi akhirnya para petani tergiur untuk menanam jagung walaupun mereka baru pertama kali menanam jagung bahkan ada yang mengaku belum tau bagaimana cara tanam dan perawatan jagung untuk mendapatkan hasil panen yang baik.
foto lokasi salah satu tempat jemur jagung yang ada di desa ranggo
Menanam jagung bukanlah hal yang mudah dirasakan oleh para petani karena mulai dara masa tanam sampai masa panen itu membutuhkan waktu tidak kurang dari 4 bulan belum lagi pada saat panen sangat membutuhkan pekerja yang cukup banyak, mereka  yang menanam sekitar 1 Ha saja  itu katanya  memerlukan pekerja kurang lebih 20 orang untuk memetik jagung dan dengan waktu kerja tidak kurang dari 5 hari  petani jagung saat ini merasa sangat kecewa karena dari hasil panen mereka banyak yang mengaku rugi mereka sangat berharap kepada pemerintah agar tahun depan harga jagung dapat stabil dan tentunya tidak merugikan para petani, salah satu tempat jemur padi yang kami datangi dan sempat berbincang-bincang dengan petani yang ada di situ mereka sangat kecewa dengan harga jagung yang rendah tidak sesuai dengan keringat mereka bahkan mereka sudah menjemur jagungnya selama 4 hari karena mereka masih bertahan dengan harga yang lebih tinggi dari harga tawar yang diberikan oleh pedagang  bahkan ada yang mengaku tahun depan pikir-pikir dulu untuk tanam jagung

( By Mul )

Jumat, 27 April 2012

MUSIM KEMARAU PETANI TETAP TANAM PADI

KM-Media Pajo : Meskipun musim hujan sudah berakhir petani di desa ranggo tetap saja menanam padi tahun 2012 ini musim kemarau uda terasa mulai bulan April mereka sadar bahwah menanam padi membutuhkan air yang cukup banyak untuk mengairinya sementara petani sekarang hanya mengandalkan sisa-sisa aiar hujan yang ada di penampungan-penampungan atau embun/dam, uda beberapa tahun terakhir ini petani pada akhir musim hujan atau pada masa tanam yang kedua kali beralih dengan menanam padi sedangkan sebelumnya setelah panen padi petani biasanya menanam kedelai hijau atau kacang hijau ini mereka lakukan karena hasil dari menanam kedelai dan kacang hijau tidak memuaskan,
ds ranggo: foto salah satu sawah yang ditanam padi
Dengan mengandalkan air seadanya petani tidak takut merugi ini dilakukan dengan alasan lain yaitu mereka tidak mau tinggala diam atau menganggur di rumah saja, berdasarkan informasi dari salah satu petani yang sekarang menanam padi kurang lebih dari Satu Hektar Are (1 Ha) Bapak Julkarnain, SE beliau mengaku bahwa uda tiga tahun terakhir ini setiap awal musim kemarau atau setelah panen padi yang ditanam pada musim hujan beliau beralih menanam padi untuk kedua kalinya beliau juga  meminta kepada pemerintah agar mereka sebagai petani dapat diperhatikan dengan membuatkan bendungan atau waduk penampungan air yang lebih besar sehingga sawah-sawah yang ada di desa ranggo dapat diairi dan pada setiap musim tanam mendapat kan pengairan yang cukup dengan demikian produksi tani akan meningkat, demikian pendapat dari salah satu petani yang ada di desa ranggo. ....(Oleh Mul)

Rabu, 25 April 2012

PAWAI BUDAYA SEKECAMATAN PAJO


KM-Media Pajo : Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 mei 2012 murid-murid SD antusias mengikuti Pawai Budaya yang dilaksanakan oleh KCD Pajo pada  hari selasa 24 april 2012 kegiatan seperti ini rutin dilaksanakan setiap tahun namun pada tahun ini agak berbeda dengan tahun-tahun kemarin karena pelaksanaannya dilakukan lebih awal sebelum tanggal 2 mei pelaksanaannya dilakukan lebih awal karena bertepatan pula dengan hari ulang tahun dompu sehingga acaranya dirayakan secara bersamaan . tampak murid-murid SD terlihat senang dan gembira memakai kostum kebanggaan mereka yaitu pakaian  daerah. kegiatan pawai yang pusatkan di desa ranggo sempat terganggu karena pada saat para peserta mulai start tiba-tiba turun hujan yang lumayan lebat dan membuat para peserta cemas karena takut kegiatan pawainya tertunda namun sekitar satu jam kemudian cuaca mulai bersahabat dan seluruh peserta dikumpulkan kembali, rute yang ditempuh oleh para peserta mulai dari pondok pesantren al-kautsar desa ranggo sampai dengan depan polsek pajo,sepanjang jalan tampak para masyarakat yang berjejer menyaksikan peserta pawai dengan pakain-pakaian adatnya yang merupakan ciri khas masyarakat dompu hususnya warga pajo.( Oleh Mul)

Kamis, 19 April 2012

RIMPU, BUDAYA YANG TERLUPAKAN

Bima merupakan salah satu Kerajaan islam tersohor di Indonesia bagian Timur. Kesohorannya hingga pernah berstatus swapraja selama kurun waktu 5-6 tahun dan hingga kini masih didapati bukti dan peninggalannya. Beragam tradisi dan budaya terlahir dan masih dipertahankan rakyatnya. Salah satu yang hingga kini masih kekal bahkan terwarisi adalah budaya rimpu, sebuah identitas kemusliman yang hingga kini nyaris kehilangan makna.


Rimpu merupakan busana adat harian tradisional yang berkembang pada masa kesultanan, sebagai identitas bagi wanita muslim di Bima. Rimpu mulai populer sejak berdirinya Negara Islam di Bima pada 15 Rabiul awal 1050 H bertepatan dengan 5 Juli 1640.

Masuknya rimpu ke Bima amat kental dengan masuknya Islam ke Kabupaten bermotokan Maja Labo Dahu ini. Pedagang Islam yang datang ke Bima terutama wanita Arab menjadi ispirasi kuat bagi wanita Bima untuk mengidentikkan pakaian mereka dengan menggunakan rimpu.


Menurut sejarawan Bima, M. Hilir Ismail, keberadaan rimpu juga tak lepas dari upaya pemerintah (masa Sultan Nuruddin) untuk memanfaatkan kain sarung atau kain tenun Bima yang sudah lama dikenal bahkan menjadi komoditi perdagangan dunia yang sangat laris sekitar abad 13 lampau. Sebab, pada masa itu, dou mbojo memanfaatkan melimpahnya tanaman kapas untuk dijadikan kain tenun yang menjadi komoditi perdagangan yang terjual hingga ke negeri Cina. Sejak saat itu, semua wanita yang sudah akil baliq diwajibkan memakai rimpu apabila hendak bepergian meninggalkan rumah dan keluarganya untuk sesuatu urusan. Kalau tidak, berarti sudah melanggar hukum agama dan adat pada saat itu. “Hukumannya lebih kepada hukuman moral. Orang yang melanggar dengan sendirinya akan merasa malu”, ujarnya.

Keterangan Hilir diperkuat lagi oleh Nur Farhaty Ghani, dari Forum Perempuan (ForPuan) Bima. Menurutnya, rimpu merupakan bagian dari identitas wanita Bima pada masa Islam baru berkembang di Bima. “Zaman dulu, wanita Bima dengan bangga memakai rimpu untuk menunjukkan ke khalayak bahwa mereka sudah bisa menenun dan kain yang mereka gunakan adalah hasil karya sendiri,” paparnya. Menurutnya, memakai rimpu pada masa itu semacam show (pertunjukan). “Ini loh kain hasil tenun saya. Saya sudah bisa menenun,” contohnya.

Keeratan hubungan rimpu dengan perkembangan islam pada masa itu tampak jelas. Dari keterangan pelaku sejarah, wanita Bima yang hidup pada masa itu memandang tersingkapnya aurat mereka sebagai aib. Siapapun lelaki baik sengaja atau tidak melihat aurat mereka, pria tersebut wajib menikahinya. “Dengan tersingkapnya betis saja, wanita zaman dulu sudah merasa malu dan segera minta nikah. Mereka menganggap itu sebagai bentuk pelecehan (aib) terhadap wanita,” paparnya.
Rimpu merupakan busana yang terbuat dari dua lembar sarung yang bertujuan untuk menutup seluruh bagian tubuh. Satu lembar untuk mernutup kepala, satu lembar lagi sebagai pengganti rok. Sesuai penggunaannya, rimpu bagi kaum wanita di Bima dibedakan sesuai status. Bagi gadis, memakai rimpu mpida—yang artinya seluruh anggota badan terselubung kain sarung dan hanya mata yang dibiarkan terbuka. Ini sama saja dengan penggunaan cadar pada kaum wanita muslim. Caranya, sarung yang ada dililit mengikuti arah kepala dan muka kemudian menyisakan ruang terbuka pada bagian mata. Sedangkan bagi kaum wanita yang telah bersuami memakai rimpu colo. Dimana bagian muka semua terbuka. Caranya pun hampir sama. Sedangkan untuk membuat rok, sarung yang ada cukup dililitkan pada bagian perut dan membentuknya seperti rok dan kemudian mentangkupkan pada bagian kanan dan kiri pinggang.

Adanya perbedaan penggunaan rimpu antara yang masih gadis dengan yang telah bersuami, secara tidak langsung menjelaskan pada masyarakat terutama kaum pria tentang status wanita pada zaman itu. Bagi kaum pria terutama yang masih lajang, melihat mereka yang mengenakan rimpu mpida merupakan pertanda baik. Apalagi, jika pria lajang tersebut sudah berkeinginan untuk segera berumah tangga. Dengan sendirinya, pria-pria lajang akan mencari tau keberadaan gadis incarannya dari sarung yang dikenakannya.

Seiring perkembangan zaman, keberadaan rimpu hampir terlupakan. Malah, beberapa tahun terakhir, sebagian besar masyarakat Bima yang beragama Islam beralih mengenakan jilbab dengan trend mode yang bermunculan. Parahnya, generasi-generasi sekarang sudah banyak yang tak mengenal rimpu. Kalaupun ada, mereka tak mengerti cara penggunaannya. Wanita Bima masa kini menganggap orang yang mengenakan rimpu sebagai wanita kolot dan kampungan.
Saat ini, wanita Bima-dompu yang mengenakan Rimpu masih bisa ditemukan di daerah-daerah seperti di bima misalnya: Wawo, Sape, Lambitu, Wilayah Kae (Palibelo, Belo, Woha dan Monta), juga dompu seperti pajo hu'u kempo o'o dan ditempat lain didaerah domp.

Tidak ada alasan untuk tidak melestarikan budaya rimpu ini dan sudah sepatutnya ada sebuah kebijakan yang menunjang pelestariannya. Pemerintah Bima seharusnya mulai memikirkan upaya teresbut, paling tidak sebuah kebijakan pada hari tertentu agar wanita Bima mengenakan busana harian Rimpu patut dipertimbangkan sehingga berdampak pula pada peningkatan pendapatan sektor industri rumahan khususnya tenunan tradisional Bima.

Sponsors